Buku SMP Athalia
Kodrat Maritim Nusantara: catatan strategis kemaritiman
Apa untungnya (kembali) jadi bangsa bahari? Bukanlah laut tempat buangan jin dan bangkai, hih! ini pekik naif anak SD di pantai Marunda, Jakarta. SUngguh 100% representasi struktur ekonomi NKRI ciptaan elit pemimpin kita sekarang. Di sekolah guru terus dipaksa menabur mimpi bahwa Indonesia adalah negeri bahari nan kaya raya. Kita pun punya sejrah raja-raja maritim yang berwibawa (Sriwijaya-Majapahit). Punya puluhan ribu kapal perang yang menggetarkan dunia. Tak peduli bahwa rasa bangga jadi bangsa pelaut itu sudah dibelokkan sejak ratusan tahun lalu. Pertama oleh penjajahan Portugis, diteruskan Belanda dan berlanjut di era Soeharto dan tak terevisi hingga kini.
Potensi laut kita lebih dari Rp. 7.200 triliun per tahun. Sama dengan 6 kali lipat APBN 2011 (Rp. 1.2999 triliun) atau 1.5 kali PDB saat ini. Duit ini sisa melimpah kalau untuk bikin lowongan kerja untuk 30 juta orang ke bidang-bidang ini : 1. PErikanan tangkap, 2. Perikanan budidaya, 3. Industri pengolahan hasil perikanan, 4. Industri bioteknologi kelautan dan periklanan, 5. Pengembangan pulau-pulau kecil, 6. Pemanfaatan benda berharga asal muatan kapal tenggelam, 7. Deep sea water, 8. Industri garam rakyat, 9. Pengelolaan pasir laut, 10. Industri penunjang, 11. Pengembangan kawasan industri perikanan terpadu dan 12. Keanekaragaman hayati laut.
Indonesia yang terletak di antara dua benua, Asia dan Australia diapit dua Samudera, Pasifik dan Hindia, ini sangat strategis ditinjau dari sudut Geopolitik, Geostrategi dan Geoekonomi serta merupakan kawasan yang dinamis dalam percaturan politik, ekonomi, budaya dan pertahanan serta keamanan dunia.
Selat malaka kita kini jadi rebutan negara adidaya. Dulu Sriwijaya kuasa menarik keuntungan pajak dari lalu-lalang ekonomi dunia. Tapi entah kenapa kita sekarang tiarap dan jadi pecundang?
0000009734 | IND 959.85 Sal k | SMP Athalia | Available |
No other version available